Sungguh aku tak tahu apa yang akan terjadi pada diriku kalau saja aku tidak dipungut oleh keluarga yang penuh cinta kasih ini. MUngkin saja aku akan terus bergelandang dijalanan, hidup dalam kesengsaraan, kelaparan, atau yang lebih parah lagi aku akan mati menggenaskan...
Umurku masih belia waktu aku tersesat di jalanan dan tak tahu jalan pulang ke rumah. Beberapa hari aku bergelandang di jalanan, kotor, letih, lapar dan ketakutan. Suasana rumah yang nyaman, hangat, damai, tenang dan orang-orang seisi rumahku dulu yang sayang dan perhatian kepadaku, membuaku semakin tersiksa. Sementara hidup di jalanan membuatku harus berpindah dari satu tempat ketempat lain, aku bagai boronan yang harus siaga selalu menghindari tangkapan dan kejaran baik orang dewasa maupun anak-anak yang memburuku....
Sampai pada suatu ketika ada beberapa anak yang mengejar-ngejarku, dan aku berhasil mereka tangkap. Aku sangat ketakutan dan tak berdaya, waktu mereka mencengkeram tubuhku yang telah lemah dan kotor. Mereka giring aku kerumah salah satu diantara mereka, namun mereka hanya mendapat teguran marah dari ibu mereka yang menyuruh mereka untuk melepaskan aku.Mereka terus mengcengkeram tubuhku tanpa memperdulikan rintih kesakitanku, dan coba menawarkan keluarga yang mau menampungku, tapi tak ada satu keluargapun yang mau menerimaku. Sampai akhirnya ada satu keluarga yang bersedia menampungku.
"Mama, please... kita harus menolongnya..., lihat mama... keadaannya begitu menyedihkan, kotor dan juga nampaknya kelaparan..." rengek pemuda remaja usia 15 tahun itu sambil mengelus pundakku lembut. Waktu melihat senyum manisnya dengan sorot mata jenaka di balik kaca mata segi empat dan perawakan tubuhnya yang gempal, aku langsung suka pemuda itu. Dia nampaknya baik hati.
"Dia pasti punya keluarga yang saat ini kebingungan mencarinya...., kita harus menolongnya mencari keluarganya..." sahut sang mama, seorang wanita muda ramah dengan paras yang lembut dan penuh senyum.
Mereka bertanya kepadaku, dan aku coba menjelasnya, bahwa aku tersesat dan tak tahu dimana rumahku. Mereka membantuku mencari keluargaku, tetapi tak seorangpun mengaku mengenalku.
Akhirnya aku tinggal dirumah ibu Lina dan Asa, pemuda baik hati itu.
Mereka memberiku makanan dan minum susu. Aku hanya menyentuh susu saja, sedangkan makanan yang mereka sajikan tidak kumakan, meskipun aku sangat lapar. Makanan mereka aneh, tidak seperti yang biasa diberikan keluargaku dahulu. Bu Lina dan Asa nampak bingung dan aku berusaha menjelaskan pada mereka, makanan yang biasa kumakan. Akhirnya mereka membelinya, dan aku makan dengan lahap.
Bu Lina juga dengan kasih sayang membersihkan tubuhku yang kotor dan bau. Beliau menyisir rambutku dengan halus, dan kemudian menyuruhku untuk istirahat ditempat tidur yang hangat. Aku sempat kebingungan menjelaskan siapa namaku ketika mereka bertanya, dan akhirnya aku menyerah ketika mereka sepakat memanggil namaku dengan nama "Hachi". Nama yang bagus dan aku senang.
"Kamu tahu sendiri kan Aa....,papamu tidak suka ada yang sejenis Hachi tinggal di rumah kita... " kata bu Lina dengan nada khawatir.
"Tenang saja mama...., kalau papa pulang, Hachi akan saya sembunyikan ditempat yang aman...." sahut Asa dengan tertawa lebar.
Terus terang aku agak takut dengan persekongkolan antara Asa dengan ibunya. Aku hanya mampu berdoa, 'Tuhan, tolong jangan biarkan aku terusir dari rumah yang nyaman ini...'
Dan sejak hari itu aku tinggal bersama keluarga ibu Lina. Aku sangat disayang oleh oleh Asa dan bu Lina, walau aku terkadang tak nyaman harus terus bersembunyi jika pak Sudarman suami bu Lina sedang ada di rumah. Aku hanya bisa bebas bermain di ruang tamu, di dapur atau di teras depan rumah bila pak Sudarman ke kantor, selain itu aku harus bersembunyi di lantai atas rumah mereka. Benar-benar situasi yang tidak menyenangkan buatku.
Sampai pada suatu saat karena bosan berdiam di ruang atas, aku pelan-pelan turun ke ruang keluarga, dan waktu pak Sudarman melihatku turun mengendap-ngendap, ia tersentak kaget dan memanggil Asa. Aku menggigil ketakutan melihat reaksi pak Sudarman.
"Aa.... apa itu. Mengapa dia ada disini..." kata pak Sudarman dengan nada marah.
"Papa..., ini Hachi..., kasihan dia tidak punya keluarga... Boleh ya papa ia tinggal bersama kita... Coba lihat papa...., dia anak yang manis dan pendiam. Dia tidak nakal papa... Boleh ya papa, Hachi tinggal bersama kita..." rengek Asa dengan tatap memohon pada pak Sudarman.
Bu Lina juga meyakinkan suaminya bahwa aku tidak akan menyusahkan keluarga mereka. Akhirnya pak Sudarman menyerah, namun dengan syarat, ia tidak mau melihatku bermain-main diruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur dan juga dapur, dan dia tidak mau melihatku bermain-main didekatnya.
Aku bahagia dan senang sekali. Aku sudah punya keluarga baru yang mencintaiku.
Bu Lina dan Asa sangat menyayangiku. Mereka berdua memperlakukanku dengan sangat baik. Karena aku belum bisa mandi dan mengurus diriku sendiri, bu Lina yang selalu memandikan dan merawatku. Aku tumbuh menjadi anak yang sehat. Rambut panjang hitam halus milikku selalu terawat, karena bu Lina selalu menyisirnya, wajahku juga semakin cantik mempesona. Dan ini diakui oleh teman-teman Asa yang berkunjung. Aku juga akhirnya akrab dengan teman-teman Asa.
Sampai ada kejadian yang membuatku tergeletak tak berdaya. Waktu itu karena mengikuti seorang teman Asa keluar dari rumah, aku terserempet motor yang terus kabur. Aku menjerit kesakitan, kakiku terluka yang membuatku tak bisa berjalan. Asa dengan air mata bercucuran menggendongku kerumah, dan bu Lina merawat luka-luka yang kualami dengan kasih sayang. Beberapa hari aku tergeletak di rumah dan dalam perawatan bu Lina dan Asa. Aku tak mau makan, hanya minum susu. Rasanya makanan yang kumakan menjadi pahit.
"Ayo Hachi, makan ya..." kata bu Lina membujukku untuk mau makan. Tapi aku hanya diam menutup mulutku rapat-rapat. Susu yang kuminum juga mulai tak mampu diterima perutku, aku menderita diare hebat. Dan lagi-lagi bu Lina dengan kasih sayang membersihkan kotoran dan tubuhku. Siang malam bu Lina merawatku dengan kasihnya. Dia bersihkan setiap hari luka-lukaku sampai akhirnya mengering keras, tapi aku merasa sangat sakit dibagian pinggulku yang lukanya telah mengering, rasanya ada sesuatu yang bergerak-gerak disitu menggigiti daging pinggulku. Aku menjadi semakin lemas dan tak bisa bergerak. Pak Sudarman yang biasa suka marah kalau melihatku bermain diruang keluarga, sekarang malah iba melihat isteri dan anaknya panik melihat keadaanku yang tak berdaya. Dia hanya diam saja kalau melihat bu Lina mengurusiku. Dan nampaknya pak Sudarman mulai menyukaiku.
(Mazmur 5:7) Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.
LORD JESUS bless you and me, now and forever.
AMEN.
Sumber: Renungan Harianku
Umurku masih belia waktu aku tersesat di jalanan dan tak tahu jalan pulang ke rumah. Beberapa hari aku bergelandang di jalanan, kotor, letih, lapar dan ketakutan. Suasana rumah yang nyaman, hangat, damai, tenang dan orang-orang seisi rumahku dulu yang sayang dan perhatian kepadaku, membuaku semakin tersiksa. Sementara hidup di jalanan membuatku harus berpindah dari satu tempat ketempat lain, aku bagai boronan yang harus siaga selalu menghindari tangkapan dan kejaran baik orang dewasa maupun anak-anak yang memburuku....
Sampai pada suatu ketika ada beberapa anak yang mengejar-ngejarku, dan aku berhasil mereka tangkap. Aku sangat ketakutan dan tak berdaya, waktu mereka mencengkeram tubuhku yang telah lemah dan kotor. Mereka giring aku kerumah salah satu diantara mereka, namun mereka hanya mendapat teguran marah dari ibu mereka yang menyuruh mereka untuk melepaskan aku.Mereka terus mengcengkeram tubuhku tanpa memperdulikan rintih kesakitanku, dan coba menawarkan keluarga yang mau menampungku, tapi tak ada satu keluargapun yang mau menerimaku. Sampai akhirnya ada satu keluarga yang bersedia menampungku.
"Mama, please... kita harus menolongnya..., lihat mama... keadaannya begitu menyedihkan, kotor dan juga nampaknya kelaparan..." rengek pemuda remaja usia 15 tahun itu sambil mengelus pundakku lembut. Waktu melihat senyum manisnya dengan sorot mata jenaka di balik kaca mata segi empat dan perawakan tubuhnya yang gempal, aku langsung suka pemuda itu. Dia nampaknya baik hati.
"Dia pasti punya keluarga yang saat ini kebingungan mencarinya...., kita harus menolongnya mencari keluarganya..." sahut sang mama, seorang wanita muda ramah dengan paras yang lembut dan penuh senyum.
Mereka bertanya kepadaku, dan aku coba menjelasnya, bahwa aku tersesat dan tak tahu dimana rumahku. Mereka membantuku mencari keluargaku, tetapi tak seorangpun mengaku mengenalku.
Akhirnya aku tinggal dirumah ibu Lina dan Asa, pemuda baik hati itu.
Mereka memberiku makanan dan minum susu. Aku hanya menyentuh susu saja, sedangkan makanan yang mereka sajikan tidak kumakan, meskipun aku sangat lapar. Makanan mereka aneh, tidak seperti yang biasa diberikan keluargaku dahulu. Bu Lina dan Asa nampak bingung dan aku berusaha menjelaskan pada mereka, makanan yang biasa kumakan. Akhirnya mereka membelinya, dan aku makan dengan lahap.
Bu Lina juga dengan kasih sayang membersihkan tubuhku yang kotor dan bau. Beliau menyisir rambutku dengan halus, dan kemudian menyuruhku untuk istirahat ditempat tidur yang hangat. Aku sempat kebingungan menjelaskan siapa namaku ketika mereka bertanya, dan akhirnya aku menyerah ketika mereka sepakat memanggil namaku dengan nama "Hachi". Nama yang bagus dan aku senang.
"Kamu tahu sendiri kan Aa....,papamu tidak suka ada yang sejenis Hachi tinggal di rumah kita... " kata bu Lina dengan nada khawatir.
"Tenang saja mama...., kalau papa pulang, Hachi akan saya sembunyikan ditempat yang aman...." sahut Asa dengan tertawa lebar.
Terus terang aku agak takut dengan persekongkolan antara Asa dengan ibunya. Aku hanya mampu berdoa, 'Tuhan, tolong jangan biarkan aku terusir dari rumah yang nyaman ini...'
Dan sejak hari itu aku tinggal bersama keluarga ibu Lina. Aku sangat disayang oleh oleh Asa dan bu Lina, walau aku terkadang tak nyaman harus terus bersembunyi jika pak Sudarman suami bu Lina sedang ada di rumah. Aku hanya bisa bebas bermain di ruang tamu, di dapur atau di teras depan rumah bila pak Sudarman ke kantor, selain itu aku harus bersembunyi di lantai atas rumah mereka. Benar-benar situasi yang tidak menyenangkan buatku.
Sampai pada suatu saat karena bosan berdiam di ruang atas, aku pelan-pelan turun ke ruang keluarga, dan waktu pak Sudarman melihatku turun mengendap-ngendap, ia tersentak kaget dan memanggil Asa. Aku menggigil ketakutan melihat reaksi pak Sudarman.
"Aa.... apa itu. Mengapa dia ada disini..." kata pak Sudarman dengan nada marah.
"Papa..., ini Hachi..., kasihan dia tidak punya keluarga... Boleh ya papa ia tinggal bersama kita... Coba lihat papa...., dia anak yang manis dan pendiam. Dia tidak nakal papa... Boleh ya papa, Hachi tinggal bersama kita..." rengek Asa dengan tatap memohon pada pak Sudarman.
Bu Lina juga meyakinkan suaminya bahwa aku tidak akan menyusahkan keluarga mereka. Akhirnya pak Sudarman menyerah, namun dengan syarat, ia tidak mau melihatku bermain-main diruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur dan juga dapur, dan dia tidak mau melihatku bermain-main didekatnya.
Aku bahagia dan senang sekali. Aku sudah punya keluarga baru yang mencintaiku.
Bu Lina dan Asa sangat menyayangiku. Mereka berdua memperlakukanku dengan sangat baik. Karena aku belum bisa mandi dan mengurus diriku sendiri, bu Lina yang selalu memandikan dan merawatku. Aku tumbuh menjadi anak yang sehat. Rambut panjang hitam halus milikku selalu terawat, karena bu Lina selalu menyisirnya, wajahku juga semakin cantik mempesona. Dan ini diakui oleh teman-teman Asa yang berkunjung. Aku juga akhirnya akrab dengan teman-teman Asa.
Sampai ada kejadian yang membuatku tergeletak tak berdaya. Waktu itu karena mengikuti seorang teman Asa keluar dari rumah, aku terserempet motor yang terus kabur. Aku menjerit kesakitan, kakiku terluka yang membuatku tak bisa berjalan. Asa dengan air mata bercucuran menggendongku kerumah, dan bu Lina merawat luka-luka yang kualami dengan kasih sayang. Beberapa hari aku tergeletak di rumah dan dalam perawatan bu Lina dan Asa. Aku tak mau makan, hanya minum susu. Rasanya makanan yang kumakan menjadi pahit.
"Ayo Hachi, makan ya..." kata bu Lina membujukku untuk mau makan. Tapi aku hanya diam menutup mulutku rapat-rapat. Susu yang kuminum juga mulai tak mampu diterima perutku, aku menderita diare hebat. Dan lagi-lagi bu Lina dengan kasih sayang membersihkan kotoran dan tubuhku. Siang malam bu Lina merawatku dengan kasihnya. Dia bersihkan setiap hari luka-lukaku sampai akhirnya mengering keras, tapi aku merasa sangat sakit dibagian pinggulku yang lukanya telah mengering, rasanya ada sesuatu yang bergerak-gerak disitu menggigiti daging pinggulku. Aku menjadi semakin lemas dan tak bisa bergerak. Pak Sudarman yang biasa suka marah kalau melihatku bermain diruang keluarga, sekarang malah iba melihat isteri dan anaknya panik melihat keadaanku yang tak berdaya. Dia hanya diam saja kalau melihat bu Lina mengurusiku. Dan nampaknya pak Sudarman mulai menyukaiku.
(Mazmur 5:7) Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.
LORD JESUS bless you and me, now and forever.
AMEN.
Sumber: Renungan Harianku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar