*

Sabtu, 06 November 2010

Iman


Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Iman yang benar adalah iman yang berpegang pada Firman Tuhan secara menyeluruh, mem-pertimbangkan ayat-ayat lain di dalam Alkitab. Kita akan mem-perhatikan kutipan di bawah ini:
Ketika Yesus masuk ke Kaper-naum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: “Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya: “Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, atau pun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang me-ngikuti-Nya: “Aku berkata kepada-mu, sesungguhnya iman sebesar ini ti-dak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel.
Perwira di dalam cerita di atas me-miliki iman yang sangat besar dan Yesus memuji iman itu. Imannya ialah bahwa hambanya akan sembuh, bah-kan telah memiliki keyakinan pasti sembuh. Akan te-tapi perwira itu tidak berhenti ber-usaha mencari jalan untuk kesembuhan hambanya. Dia membawa imannya kepada Tuhan Ye-sus dan menemu-kan jawaban. Arti-nya, perwira itu membiarkan Yesus menyempurnakan imannya. Ketika imannya dibawa ke hadapan Tu-han Yesus, tidak ada lagi ayat lain yang bertentangan. Itulah se-babnya iman itu menghasilkan buah.

Iman Pak Atheng
Pak Atheng seorang yang ber-iman dan mengadalkan Tuhan dalam segala hal. Imannya yang tidak pernah tergoyahkan, telah menguatkan iman dari teman-temannya di kelompok sel. Suatu hari Pak Atheng dikagetkan oleh berita dari rumah: istrinya sakit dan tidak sadarkan diri. Begitu mele-takkan gagang telepon, seorang sahabat menyodorkan amplop. “Apa ini, Pak?” tanya Pak Atheng. “Mungkin kamu membutuhkan-nya,” jawab sahabatnya, yang segera meninggalkan Pak Atheng.
Pak Atheng langsung pulang untuk melihat istri yang sakit. Di perjalanan, Pak Atheng meng-ingat ayat-ayat Alkitab dan meng-ucapkannya berkali-kali: “Penyakit ini tidak mendatangkan kematian.” Sesampainya di rumah, dia segera meminta agar isterinya diangkat dan dibawa ke rumah sakit. Setelah menunggu beberapa saat di depan ruang gawat darurat, dokter keluar dan memberikan informasi yang sangat mengaget-kan: “Kalau saja Bapak terlambat sepuluh menit, isteri Bapak tidak tertolong.

Lihat! Orang beriman seperti Pak Atheng, mengalami pertolo-ngan Tuhan. Imannya yang kokoh itu, amplop berisi uang dari saha-batnya serta keputusannya untuk membawa isteri ke rumah sakit, mengantar dia pada mukjizat yang telah disediakan oleh Allah. Kepu-tusannya telah dipengaruhi oleh imannya, bahwa penyakit ini tidak mendatangkan kematian. Ban-tuan dari sahabatnya, telah men-dukung keputusannya, karena tanpa amplop dari sahabatnya, ke-mungkinan besar tidak membawa isteri ke rumah sakit.
Jadi, Tuhan berkerja di dalam iman kita, melalui sahabat kita serta mengontrol keputusan kita. Iman dan perbuatan harus berjalan se-cara bersama-sama dan seimbang.
Pada perbandingan ini, kita dapat melihat siapa diri kita dan apa yang kita lakukan selama ini. Imankah yang kita miliki atau nekat. Dalam hal ini, Tuhan ingin memberikan iman yang sejati dan iman yang benar kepada kita, agar kita tidak menjadi orang-orang yang nekat. Sebab, tindakan iman akan membawa kita kepada kemenangan demi kemenangan dan tindakan nekat akan menyeret kita kepada kekalahan-kekalahan yang tidak habis-habisnya.

Penulis: Sekretaris Umum Sinode Gereja Sungai Yordan, Wakil Gembala GSY Rajawali, Dekan S2 Institut Teologia dan Pendidikan Pelita Bangsa, Dosen di beberapa STT, Penulis buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar